Ketika mendengar kata 'menyulam', mimin seperti terbawa ke masa lalu, ke masa dimana ketika mimin masih mengenyam pendidikan dasar sembilan tahun, mungkin kalau tidak salah jaman mimin masih sekolah menengah pertama.
Kala itu ada mata pelajaran kesenian, dimana ada tugas untuk menyulam. Mimin tidak begitu suka, meskipun mimin punya ibu yang cukup paham soal jahit-menjahit, tapi mimin tidak begitu menyukainya kala itu. Meski begitu tugas kerajinan itu tetap selesai, ya dengan bantuan ibu juga sih pada akhirnya.
Menyulam merupakan salah satu proses produksi dalam kerajinan tekstil. Menyulam bisa disebut juga membordir. Tapi pada umumnya menyulam dilakukan dengan tangan dan membordir lebih dikenal dilakukan dengan mesin, yaitu mesin jahit atau mesin khusus bordir.
Menyulam adalah proses memperindah penampilan permukaan kain. Seperti pelukis yang memperindah kanvas putih dilukis dengan cat dan kuas, sedangkan menyulam menggunakan benang dan jarum. Bahan dasarnya, benang ini dari wol, linen dan sutera.
Proses sulaman sendiri terbagi menjadi lima jenis antara lain sulam datar, sulam terawang, sulam timbul, sulam benang dan sulam kiraan jahitan. Ups, sulam bibir gak masuk hitungan ya, ini hanya intermesso.
Hal pelajaran yang saya ingat dalam sulam-menyulam ini, ada beberapa teknik tusukan dalam proses merajut benang, kalau gak salah ingat itu ada tusuk jelujur, tikam jejak, tusuk silang, flanel, feston, rantai, batang, dll. Mari kita coba mundur kebelakang, mencari tahu dan memahami sejarah dari kerajinan satu ini.
Ilustrasi kegiatan menyulam. Gambar diperoleh dari Google Image |
Sejarah Menyulam
Seni menghias atau menyulam ini pertama kali ditemukan di Mesir. Menyulam diperkirakan telah dikenal sejak abad ke-14 sebelum masehi.
Dibeberapa kebudayaan, menyulam ini biasanya jadi kewajiban untuk gadis-gadis yang akan menikah harus menyulam pakaiannya sendiri untuk upacara pernikahan.
Di China sendiri, tercatat dalam dokumen sejarah, sulaman dikenal sekitar tahun 2255 SM (baca: sebelum masehi). Hasil sulaman banyak dihasilkan dijaman Dinasti Chang (1766-1122 SM), menggunakan benang emas dan perak, guna menghiasi jubah kaisar yang berbahan sutera hitam.
Pada masa Dinasti Chou (475-221 SM) bentuk sulaman relatif sederhana. Seiring waktu, pla motif sulaman makin artistik pada masa Dinasti Han (206-22 SM) dimana pada masa itu Tiongkok mengalami masa keemasannya.
Selanjutnya pada masa Dinasti Ming (1368-1644) seni sulaman mulai berkiblat ke bisnis dan profesionalisme. Selain di China dan Mesir, perkembangan sulam-menyulam ini juga terjadi di Persia Purba, Babilonia, Israel dan Suriah. Bahkan Eropa pun tak luput mengalami perkembangan sulaman ini, dimana motif-motif dekorasi meluas di kawasan Kekaisaran Roma bagian timur. Jubah-jubah di lingkungan istana, biara-biara, hiasan dinding dan perlengkapan rumah tangga tak lepas dari seni sulaman ini. Bahkan di Inggris, keterampilan menggunakan jarum teknik tinggi jadi keterampilan prasyarat seorang putri bangsawan.
Di Indonesia sendiri kerajinan sulaman ini masuk melalui pedagang-pedagang China pada abad ke-18 masehi. Produk tekstil hasil sulaman ini pada awalnya hanya dikenakan oleh mereka yang bergelar bangsawan atau anggota kerajaan saja.
Dalam kamus bahasa Indonesia, kata 'sulaman' berarti suji atau tekad. Iya karena memang benar, dalam proses menghasilkan produk tekstil sulaman ini membutuhkan tekad dan niat yang ekstra, karena memang benar-benar membutuhkan jiwa seni yang tinggi.
Tuntutan permintaan akan hasil karya sulaman ini akhirnya menutut kecepatan, dan otomatisasi dilakukan untuk meningkatkan produktivitas. Revolusi industri (1750-1850) yang terjadi di Eropa memulai perkembangan proses sulaman menggunakan mesin, yang kita kenal dengan mesin bordir.
Mesin bordir pertama adalah Hand-Embroidery Machine ditemukan di Prancis tahun 1832 oleh Josue Heilmann. Mesin tersebut menggunakan kombinasi mesin tenun dengan tenaga wanita yang menyulam tekstil dengan tangan.
Untuk saat ini, sulam lebih dilakukan untuk hobi, tapi jika hasilnya baik, bisa menjadi sesuatu yang menghasilkan jika dijual. Kreasi inovatif dan menarik tentunya memberikan nilai jual tersendiri terhadap karya seni satu ini.
Ingatkan benda satu ini, hope ring sulam? Ini dia yang tidak bisa dilepaskan ketika kita sedang mengerjakan kerajinan sulam tradisional menggunakan tangan. Ketika kecil saya sering menggunakan alat ini alih-alih sebagai simpai emasnya kera sakti. Ada-ada saja ya ulah anak-anak ketika kecil. Barulah setelah saya sekolah, baru tahu fungsi kegunaannya.
Berikut ini apa saja sih yang perlu disiapkan untuk menyulam tradisional menggunakan tangan, yang sering biasa dilakukan di rumah tangga atau kerajinan tugas sekolah:
# Siapkan jarum sulamnya, itu yang penting, kalau karena ini adalah salah satu alat utama dalam menyulam, seperti kuas dan cat.
# Selanjutnya adalah siapkan benangnya, sama seperti mau melukis, jika tidak ada catnya, mana bisa menghasilkan lukisan yang indah. Untuk itu dalam menyulam diperlukan benang berwarna-warni sesuai kebutuhan pola dan motif yang akan dibuat.
# Widangan atau bentang atau hope ring sulam. Ini bisa terbuat dari bahan kayu atau plastik.
# Gunting, itu sudah pasti harus disiapkan, untuk motong-memotong menggunakan apa kalau tidak menggunakn gunting.
# Rader dan karbon jahit. Alat ini digunakan untuk menggambar pola pada bahan kain. Rader merupakan alat seperti pena tapi bergerigi dan karbon jahit berfungsi sebagai alas ketika rader digunakan, dimana akan memberikan warna atau jejak rader pada kain.
# Bidal merupakan alat bantu untuk melindungi tangan dari tusukan jarum, alat ini juga bisa digunakan sebagai alat bantu mendorong jarum ketika sulit menusuk kain.
Ini model bidal, ada yang seperti gambar yang atas dan seperti gambar ini. Gambar diperoleh dari Google Image |
# Unpicker merupakan alat pendedel jahitan, berfungsi membuka atau membongkar jahitan yang kurang tepat.
Ini dia yang namanya unpicker. Gambar diperoleh dari Google Image |
# Kapur jahit digunakan untuk memberi tanda batas pemotongan pada pola. Ini kapur jahit ya, bukan kapur semut lho. Lagi-lagi intermesso lho.
# Alat bantu pemasang benang. Nah ini sih lebih ke oposional, sebagai alat bantu saja untuk memasukan benang ke jarum, biasanya kan kalau yang matanya sudah rabun agak sulit tuh memasukan benang ke jarum, dengan alat bantu ini akan mempermudah.
Itulah dia kira-kira cara mimin bernostalgia masa sekolah dulu ketika mengingat kata 'menyulam'. Sekalian merefresh dan menambah pengetahuan. Kebetulan, masa pandemi ini memaksa orang untuk stay at home. Jika hanya di rumah tanpa melakukan sesuatu yang tidak produktif rasanya sia-sia ya. Hmm, dengan menyulam ini sepertinya bisa jadi salah satu cara sih mengisi kegiatan yang produktif, sekalian juga membangkitkan memory nostalgia, terutama bagi yang pernah senang dengan aktivitas atau hobi satu ini.
Segitu saja sharing dari mimin ya, siapa tahu bisa membangkitkan memory masa lalu kalian semua ya, yang kebetulan mampir ke blog ini. Sampai jumpa lagi dicatatan lainnya, ya masih gak jauh-jauh dari serba-serbi jarum dan benang.
Selalu jaga kesehatan, patuhi protokol kesehatan, pakai masker dan jaga jarak, ingat 5M ya. Salam sehat selalu. FN
waduh mbaknya pandai menyulam nih, jangan pelit ilmunya ya mbak terus dishare di blog
BalasHapusTidak koq, saya baru belajar menjahit ;)
Hapus