Selasa, 29 Juli 2025

Kain Ulos dari Tanah Batak

Setelah kita virtual berkunjung ke Nusa Tenggara Timur, kini kita coba mengunjungi salah¹ daerah di Sumatra yang juga punya kain khasnya. Lokasinya agak ke utara Pulau Sumatra, tapi bukan Aceh. Di Sumatra sendiri, untuk urusan kain² hasil produksi rumahan atau tradisional ada banyak namanya, ada songket, ulos, jumputan, tanjung, semage dll. 

Pada postingan kali ini kita hanya akan bahas salah¹ nya saja dulu ya, karena kebetulan saja saya pernah sedikit mengenal budayanya. Bahkan saya pernah datang dan berkunjung ke Pulau Samosir, yang cukup terkenal di sana. 

Lokasinya yaitu di Sumatra Utara, tepatnya adalah tanah Batak. Kain yang dikenal dari daerah ini adalah kain ulos. Kain yang punya nilai bagi masyarakat dan warga Batak. 

Ilustrasi, kain ulos yang dikenakan para wanita Batak. Gambar diambil dari Google

Kain ulos dekat sekali dengan budaya Batak, kain ini tidak bisa lepas dari upacara² adat seperti pernikahan, kelahiran hingga kematian. Dalam upacara adat pernikahan, kain ulos ini diberikan kepada pengantin sebagai tanda restu dan kebahagiaan. Dalam upacara adat kelahiran, kain ulos diberikan kepada bayi dan orang tuanya sebagai simbol sukacita dan harapan baik. Sedangkan pada upacara kematian, kain ulos diberikan kepada keluarga yang berduka sebagai simbol simpati dan penghormatan. 

Kain ulos ini diproduksi secara tradisional, dengan tangan manusia dibantu dengan alat tenun tradisional, bukan dengan mesin. 

Kain ulos ini memiliki warna dominan merah, hitam, putih dan ornamen² khas dari tenunan benang emas atau perak. 

Kain ulos sendiri pada awalnya digunakan sebagai selendang atau kain penutup tubuh, yang digunakan untuk melindungi tubuh dari hawa dingin. Makna harfiah ulos sendiri berarti selimut. Seiring waktu ulos punya tempat tersendiri dalam budaya dan kebiasaan masyarakat Batak. Ulos sendiri dilambangkan sebagai ikatan kasih sayang, kedudukan, dan komunikasi dalam masyarakat Batak. 

Ulos sendiri merupakan warisan budaya dari peradaban tertua di Asia, sudah ada sejak 4000 tahun yang lalu. Pada tanggal 17 Oktober 2014 telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda. 

Sama seperti kain tenun ikat Ende Lio yang punya motif tertentu, kain ulos pun demikian. Motif ini punya makna simbolis tertentu yang dipahami masyarakat Batak. Berikut beberapa motif kain ulos yang umum diketahui:

đź”– Ulos ragidup, ini melambangkan kehidupan dan doa restu, umum dipilih untuk prosesi adat acara pernikahan. Motif ulos ini merupakan simbol kehidupan dan paling tinggi derajatnya ketimbang motif lain, sehingga tak bisa sembarangan diberikan selama status orang tersebut belum menikahkan anak. 

Ulos ragidup, gambar diambil dari Google

đź”– Ulos antakantak, ulos motif ini umum digunakan pada saat momen kedukaan, digunakan sebagai selendang pada saat melayat orang meninggal. 

Ulos antakantak, gambar diambil dari Google

đź”– Ulos ragihotang, ini juga umum digunakan pada prosesi adat acara pernikahan, sebagai simbol restu. 

Ulos ragihotang, gambar diambil dari Google

đź”– Ulos sibolang, ini serupa dengan ulos antakantak, digunakan pada saat momen kedukaan. Saat tengah mengalami kedukaan, ulos motif ini bisa dikenakan atau digunakan. 

Ulos sibolang, gambar diambil dari Google

đź”– Ulos sadum, ulos motif ini biasa digunakan pada saat acara sukacita. 

Ulos sadum, gambar diambil dari Google

Itulah beberapa motif ulos yang umum dikenal, setidaknya itu yang AI Google mencatatnya dan disampaikan sebagai pengetahuan yang umum soal motif atau jenis² ulos. 



Kain ulos pada saat pernikahan, sering dijadikan 'pemberian' dari keluarga² kepada mempelai. Jika pernah melihat pernikahan adat Batak yang murni Batak, itu akan ada prosesi dimana mempelai akan dikalungi atau dikenakan kain ulos oleh sanak saudaranya, diiringi tarian² tor-tor gitu dengan tangan mengatup-ngatup. 

Orang Batak mengenal istilah "mangulosi" yang berarti ritual memberikan ulos pada seseorang, entah sanak keluarga atau siapa pun orang yang hendak diberikan ulos tersebut. 

Kain ulos sendiri penggunaannya bisa dikalungkan, bisa juga digunakan sebagai syal, dilingkarkan ke badan, atau dengan cara lain seperti sebagai pengikat kepala. 

Umumnya, ulos yang dipakaikan dengan cara diselempangkan itu untuk para raja. Soal warna dominan kain ulos, para raja dan ratu biasanya menggunakan warna emas dan merah.

Tapi pada dasarnya warna ulos itu hanya ada tiga, yaitu warna hitam, putih dan merah. Ketiga warna ini disimbolkan sebagai ragi kehidupan. Merah artinya keberanian, hitam artinya kepemimpinan dan putih artinya kesucian. Nah diluar ketiga warna utama tadi disebut dengan nama sekka-sekka. 

Harga kain ulos yang menggunakan benang biasa itu berkisar Rp 300rb - Rp 500rb, jika menggunakan sutra harganya bisa mencapai Rp 5 juta. 


Segitu saja sepertinya pembahasan saya seputar kain ulos, semoga bisa menambah pengetahuan kita semua seputar salah¹ kain tradisional nusantara dari Sumatra. 

Jika mengingat flashback ke belakang, sebenarnya hampir saja saya berurusan dengan orang Batak dan masuk ke dalam rumpunnya, namun takdir berkata lain, jadi saya cukup tahu saja dari literatur dan baca, tidak terlalu terpikirkan juga, toh saya sadari dari nenek moyang saya sendiri orang Flores punya kain tenun tradisional yang juga gak kalah, punya nilai² budaya yang 11-12 lah, karena memang nusantara kita kaya raya akan budaya demikian. 

Btw, yang menikah dengan orang Batak, sudah punya berapa set kain ulos yang diterima saat proses mangulosi saat kalian nikah? Salah¹ aset investasi yang cukup lumayan lho, mengingat harga kain ulos otentik yang saya sebutkan tadi relatif mahal lho. 

Sampai jumpa pada bahasan lainnya, soal dunia fashion atau serba-serbinya. -cpr

#onedayonepost
#budaya
#serbaserbi
#umum
#kainulos
#ulosbatak
#mangulosi

Minggu, 20 Juli 2025

Kain Tenun Ikat Ende Lio

Ada hal menarik ketika mempersiapkan pernikahan, dimana untuk kebutuhan seserahan perlu juga menyisipkan sesuatu yang bermakna karena asal usul salah¹ pasangan. 

Kebetulan, ayah saya adalah orang Ende Lio, ya ayah dan ibunya yang adalah kakek dan nenek saya asli dari tanah Flores di Nusa Tenggara Timur. Tanah Flores punya etnik² budaya yang unik yang memberikan ciri khas tertentu, bahwa ini lho orang Flores, terkhusus orang Ende Lio. 

Salah¹ nya adalah kain tenun ikat. Sejak kecil saya tidak asing dengan kain tenun ikat ini. Why? Ya jelas karena keluarga dari ayah saya kan orang sana, dulu adik² nya ayah saya yang perempuan, itu wajib harus bisa untuk bikin kain tenun ikat ini. Pembuatannya ya manual dengan alat tenun sederhana, bukan dengan mesin. Bahkan wanita² Flores itu wajib hukumnya bisa menenun, kalaupun gak bisa ya, minimal dia tahu teorinya. 

Ilustrasi, gambar diambil dari Google

Kain tenun ikat ini diwarnai dan didesign secara manual orang kreatifitas si pembuatnya masing², sehingga hasil karyanya memang otentik sekali sih, memang ada pakem² tertentunya. Saya pernah diberi tahu oleh tanya, tapi ketika itu saya gak begitu memahaminya, mungkin jika dijelaskannya saat ini saya masih bisa memahami dengan lebih baik. 

Oh ya, untuk acara besar seperti pernikahan, kain tenun ikat ini pasti wajib ada. Jadi kain tenun ikat untuk pria dan wanita itu berbeda, katanya seperti itu. 

Nah untuk acara pernikahan saya dan Dewi nanti, ada kain tenun ikat yang dijadikan barang seserahan nanti. Jadi, ada kiriman kain tenun ikat Ende Lio yang dikirim dari keluarga ayah saya dari Flores, motif pria dan motif wanita. 

Kain tenun ikat yang saya dan Dewi terima ini, sebagai pemberian dari keluarga ayah saya ini punya motif, namun motifnya ini saya tidak terlalu memahaminya, namanya apa. 

Namun saya mencoba mencari tahu di AI Google dan mendapatkan beberapa informasi, soal makna filosofi dari kain tenun ikat Ende Lio. 

Secara umum filosofinya mencerminkan nilai² tradisional, religius, dan sosial masyarakat Lio, di Flores, Nusa Tenggara Timur. 

Nilai religius ini menggambarkan rasa syukur dan penghormatan kepada Tuhan serta kekuatan alam, motifnya tertentu. 

Nilai sosial, dimana kain tenun ikat ini sering diikutsertakan dalam acara² besar seperti pernikahan, kelahiran, kematian, serta sebagai simbol status sosial. 

Nilai tradisional sebagai kearifan lokal, digambarkan dalam pengetahuan masyarakat, soal flora, fauna, dan lingkungan. Motif kain yang sering dijumpai seperti motif kuda (Jara Elo). 

Selain itu, kain tenun ikat juga melambangkan kreatifitas dan keterampilan, dimana pembuatan kain tenun ikat ini diwariskan secara turun-temurun, dimana dibutuhkan kesabaran, ketelitian dan kreatifitas otentik dari para pembuatnya. 


Berikut ini beberapa motif tenun ikat Ende Lio yang umum dijumpai, antara lain:
# Motif kelimara: diyakini punya makna simbol kasih sayang atau cinta kasih dari Sang Pencipta yang memberikan kehidupan. 

# Motif Lawo Seri: dimaknai sebagai mahkota ratu, digunakan dalam upacara adat, dan rumah adat. 

# Motif Jara Elo: ini dimaknai sebagai keberanian dan kegagahan, dan juga sering digunakan untuk syarat meminang seorang gadis. Motif ini yang umum digunakan untuk barang seserahan acara pernikahan, lamaran atau tunangan.

# Motif Mboko Wea: ini menggambarkan suasana saat meminang seorang gadis. 

# Motif Ragi: ini sering digunakan untuk pakaian adat pria di Suku Lio, Ende,  NTT. 

Ada banyak motif lainnya yang gak bisa saya sebutkan satu per satu, ini salah¹ nya yang bisa saya bagikan di sini. 



Cara membuat kain tenun ikat? 

Pembuatan kain tenun ikat dimulai dengan mengikat benang² pakan dan lungsi. Kemudian benang² itu dicelupkan ke cairan pewarna alami. 

Pewarna alami ini dibuat dari tetumbuhan lokal yang memberikan warna khas tertentu secara alamiah. Setelah proses pewarnaan benang² tersebut dirangkai dengan alat tenun tradisional, pada proses ini para penenun harus punya ketelitian tinggi dan kreatifitas yang baik untuk menghasilkan hasil kain tenun ikat yang otentik. 

Untuk warna dasar kain pria Ende dan Lio, biasanya hitam atau biru kehitaman. Sedangkan kain wanita sering menggunakan motif flora dan fauna. 


Harga untuk kain tenun ikat ini relatif mahal lho, ya bisa ratusan ribu untuk satu kain tenun ikat ini, biasanya dibuat seperti sarung atau selendang/selempang kain, atau kain lembaran dengan ukuran tertentu. 

Para wanita Ende Lio biasanya membuat kain tenun ikat lalu dijual, uangnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, karena harganya cukup tinggi, apalagi jika motifnya ini unik. Rata² wanita Ende Lio ini bisa membuatnya, tapi entah generasi saat ini apakah bisa membuatnya? 


Segitu saja sharing² pembahasan soal bahan kain tenun ikat Ende Lio. Ini jadi kenang²an bagi saya dan Dewi, jadi hadiah khusus bagi kami berdua dari keluarga. Meski saya sendiri tidak begitu lekat dengan budaya orang Flores, namun dengan hadiah kain tenun ikat ini mengingatkan saya bahwa saya ini masih punya darah keturunan dari orang Ende Lio, Flores, NTT. 

Sampai jumpa dibahasan soal permainan, entah nanti topik apa lagi yang akan dibahas di sini. Ini kebetulan saja pas dapat topik sesuai karena kebetulan saya mengalami proses ini. 

Semoga acaranya nanti lancar, di September dan nanti pada Juni 2026 semuanya dimudahkan dan dilancarkan, mohon doanya ya untuk pembaca Fashionista di sini. Sampai jumpa dipostingan lainnya lagi, masih membahas hal seputar dunia fashion. -cpr

#onedayonepost
#budaya
#serbaserbi
#tenunikatendelio
#flores
#tenunikat
#seserahancore

Rabu, 16 Juli 2025

Batik Harus Padupadan dengan Celana Bahan?

Siapa yang sering pakai kemeja batik dan melengkapinya dengan setelan bawahan apa saja, yang umum sih orang² menggunakan celana jins, biasanya digunakan untuk acara² semi formal. 

Tadinya saya pikir itu hal yang biasa, wajar dan umum, tapi ternyata ibu saya bilang, kalau pakai batik itu jangan pakai jins, batik itu harusnya, idealnya, sopannya menggunakan celana bahan kain. 

Wuih,  apa emang benar begitu? Soalnya karena selama ini sudah terbiasa dan wajar mengenakan setelan batik dengan jins ya sudahlah. Tapi ternyata ada pandangan lain, yang katanya itu yang benar. 

Akhirnya saya coba cari tahu soal ini, mana yang ideal dan mana yang variasi. Pada postingan kali ini saya akan membahas hal ini. 


Ketika saya mencari tahu melalui Google, AI memberikan saya informasi. Bahwa pasangan atau stelan batik itu bisa dipasangkan dengan celana bahan atau jins, tergantung acara dan gaya yang ingin ditampilkan. 

Acara formal, batik baik dipasangkan dengan celana bahan. Sedangkan acara² santai dan gaya casual, batik baik dipasangkan dengan bahan jins. 

Ilustrasi, pilihan padupadan batik dengan ragam pilihan celana. Gambar diambil dari Google

Sebenarnya tidak hanya dua pilihan bahan atau jenis celana itu saja yang bisa jadi pasangan batik sebagai atasan. Berikut ini beberapa bahan atau jenis celana yang bisa jadi pilihan pasangan batik, sbb.:

Celana jogger juga bisa jadi pilihan bawahan ketika atasan memakai batik. Ini memberikan kesan sporty. 

Skinny pants hitam juga bisa jadi pilihan pasangan untuk batik kesayangan anda, pilihan ini dapat memberikan kesan stylish kekinian, cocok juga koq dipakai ke acara pernikahan. 

Ankle pants juga bisa jadi pilihan sebagai pasangan batik kesayangan mu, style ini memberikan kesan chic dan penuh gaya. Selain itu juga bisa bisa memilih dengan celana jenis beige ankle, dapat memberikan kesan menawan. 

Celana chinos juga bisa jadi pilihan dipasangkan dengan batik. Tinggal menyesuaikan warna saja dengan batiknya, yang penting pilihan warnanya sesuai pasti akan memberikan kesan keren maksimal deh. 

Nah yang terakhir ini agak nyeleneh sih, memadupadankan batik dengan celana pendek. Style ini cocok untuk acara santai² dan hangout. Meski begitu, pilihan terakhir ini pasti akan melawan tradisi kuno. Untuk orang tua, atau mereka penganut style 'bangsawan', rasanya pilihan terakhir ini auto dimasukan ke dalam pilihan 'black list'. 

Bagi sebagian kecil orang, ada yang tidak menyukai celana pendek pasti akan menolak style ini, padahal ya sah² saja, keren² saja. Toh Google pun memasukan pilihan paduan busana celana untuk pasangan batik tapi tetapi asyik. Namun bagi mereka penganut style 'bangsawan', ini jelas pilihan buruk bagi mereka. 

Itu kenapa, pada judul saya tuliskan hal yang berbeda dengan apa yang ada di postingan ini. Itu karena setelah saya cari² tahu di Google dengan bantuan AI, ternyata banyak jenis celana dan pilihan bahan yang bisa dipadupadankan dengan batik, bahkan jins sekalipun, bahkan celana pendek sekalipun.

Ini jawaban nyata bahwa di dunia ini, dunia terus berkembang, cara berpakaian terus berkembang dan gak melulu terpaku pada patokan tertentu. 

Soal batik harus dipadupadankan dengan celana bahan itu saya dapat wejangan dari ibu saya, katanya beliau batik itu HARUS dipasangkan dengan celana bahan. Beliau ini kata dari penggiat batik atau orang yang paham nilai² batik, intinya seperti itu. 

Bagi saya, saya lebih condong soal pilihan acaranya apa dulu, jika acara formal dan resmi, celana bahan adalah pilihan terbaik, tapi apabila acara² non formal bahkan santai, membebaskan pilihan pasangan batik itu pilihan terbaik. 

Ini kembali pada opini saya sebagai penulis yang melihat lebih objektif dan diamini oleh banyak orang, toh tidak ada masalah, ini memang ke soal selera, jadi sangatlah subjektif. Tapi memang pakaian itu soal subjektif, selama masih normal, pilihan orang berpakaian itu subjektif, intinya nyaman atau tidak dan sesuai dengan tempatnya atau tidak. 

Pandangan dan opini saya ini jelas bertentangan dengan penganut paham 'bangsawan', dimana tata laku, tata krama, tata busana, tata bicara semuanya teratur dan tertata dengan pakem konvensional bahkan ortodoks. 

Segitu saja deh sharing² nya, kesimpulannya, pilihan memadupadankan batik dengan setelan apapun itu kembali ke pilihan anda yang mengenakannya, guide nya adalah pastikan untuk acara apa, formal atau non formal, sesuaikan dengan kebutuhannya. Selera anda tidak bisa dipaksakan, jadi tentukan pilihan mulai dari sekarang. -cpr

#onedayonepost
#batik
#pasanganbatik
#opini
#umum
#budaya
#serbaserbi

Kamis, 22 Mei 2025

Majunya Perusahaan Dilihat dari Pakaian Karyawannya

Sudah lama sepertinya blog ini hiatus, tidak ada postingan baru. Kali ini saya diundang untuk mengisi sebuah postingan diblog ini, untuk memberi nafas agar kelihatan blog ini masih berpenghuni. 

Ini adalah pendapat pribadi saya saja, melihat realita yang ada, ketika teman² sepenanggungan kini sudah berpencar bekerja di perusahan² berbeda dengan banyak latar belakang jenis perusahaannya. 

Nah saya mengamati, majunya suatu perusahaan itu bisa dilihat dari bagaimana aturan berpakaian di perusahaan tersebut. Ini hal paling simpel dan mudah diamati, walaupun ini bukan pakem, jika begini pasti begitu. Sekali lagi ini pendapat pribadi dan sudah saya disclaimer.

Perusahaan² maju dan modern seperti raksasa teknologi Google, saya ambil contoh atau perusahaan yang sudah settle, itu tidak menerapkan aturan ece² seperti berpakaian yang formal sekali. Prinsip utama kesopanannya tetep ada, tetapi lebih simpel saja gitu, gak harus pakai setelah kemeja lengan panjang, celana bahan, sepatu pantofel dll., yang mengesankan harus 'sangat' formal. 

Justru yang tampak mereka menggunakan setelan celana jins atau celana panjang dengan bahan terserah, bebas. Atasannya menggunakan t-shirt model polo berkerah, malah ada yang melonggarkan dengan kaos saja. Sepatu juga dibebaskan, mau sepatu sport atau sepatu lain yang dianggap nyaman. 

Ilustrasi, pakaian kerja non formal. Gambar diambil dari Google

Tapi bedakan dengan perusahaan² sedang berkembang, perusahaan yang biasa² aja, aturan berpakaiannya justru formal banget. 

Dari situlah saya mengambil kesimpulan bahwa majunya suatu perusahaan itu dilihat cara berpakaiannya. 

Oh ada yang sanggah, itu biasanya yang berpakaian semi formal untuk karyawan lapangan, untuk mempermudah aktifitas di lapangan. Terus untuk karyawan bank, setelan formal adalah pilihan terbaik untuk saat ini karena sejauh ini belum ada yang berani melawan arus global, terutama di Indonesia. 

Ada pendapat orang tua yang sering jadi pedoman dan banyak orang masa kini masih takut atau enggan melawan arus, yakni soal falsafah: cara berpakaian seseorang merupakan cerminan dari kepribadian mereka. Itulah dia yang umum kita ketahui, bahkan ketika kita misalnya berpakaian sembrono misalnya, pasti akan dinasehati dengan kalimat bercetak biru tadi.

Padahal ada pernyataan lain yang menyampaikan bahwa pilihan gaya berpakaian dipengaruhi oleh banyak faktor seperti trend mode, preferensi pribadi, dan situasi sosial. Namun terkadang 'orang tua' yang menasehati pernyataan yang awal, mengabaikan faktor² ini. Namun memang, gaya berpakaian tetap bisa memberikan petunjuk awal. 

Ilustrasi, style pakaian yang umum. Gambar diambil dari Google

Saya berpikir bahwa pendapat di atas tadi justru malah membuat seseorang dijudge atas sesuatu yang tampak dari luar, seharusnya kepribadian dilihat dari sikap, bukan pakaian. 

Preman sekalipun, meskipun pakaiannya urakan, tapi jika kepribadiannya baik dia pasti bisa menunjukannya, walaupun jarang sih orang yang kepribadian baik bergaya preman. Umumnya akan memilih gaya berpakaian normal. Akan ada faktor lain yang membuat seseorang dengan kepribadian baik memilih gaya berpakaian preman, misalnya. Kita gak boleh main judge dong, ya dong, ya kan, ya kecuali merasa diri paling benar. 

Melihat anak² punk di perempatan lampu merah. Dulu saya berpikir mainstream, dengan judgement, bahwa melihat mereka itu langsung 'tembak' kepribadian mereka ini pasti jelek dan lain² yang intinya negatif. Namun sejak saya memahami tadi, tidak bisa main judge karena ada faktor lain, akhirnya ketika melihat mereka yang muncul dipikiran adalah "why" dan "how will it be in the future".

Saya juga sering dikomentari cara berpakaian, pada awalnya saya kesal dan reaktif, tetapi sering waktu saya mencoba memahami falsafah tadi, lalu saya baca lagi, padahal ada faktor lain yang sering diabaikan.

Akhirnya karena seiring usia, lebih baik diam. Melawanlah ketika kamu punya power dan sumber daya untuk merubah tatanan itu butuh effort ratusan kali lipat dari yang normal. Jika punya itu, baru lakukanlah. Seperti halnya Thanos, dia mau merubah tatanan dengan caranya, dia punya kemampuan dan mewujudkannya. Tujuannya mulia, tapi caranya antimainstream. 


Balik kembali lagi ke konteks, jadi saya mengambil kesimpulan, jika ada perusahaan yang tidak terlalu ribet soal aturan berpakaian (yang penting sopan), maka ini bisa jadi petunjuk awal bahwa perusahaan ini maju dan berkembang. 

Karena perusahaan yang sudah maju dan berkembang gak akan memikirkan hal remeh temeh, yang penting kualitas. Ini seperti sekolah Katolik dimana siswanya rambutnya gondrong, gaya ala² berandalan tetapi prestasinya terbaik. Begitulah kira², tapi balik lagi untuk orang² tua yang masih memegang falsafah tadi di atas pasti akan sulit menerima hal tersebut. 

Setelan pakaian kerja yang biasa diterapkan perusahaan yang sudah maju dan berkembang adalah atasan pakaian kaos berkerah, t-shirt, kemeja lengan pendek, kemeja bahan flanel dll., untuk bawahan bisa jins, celana kargo, celana chinoss atau model lain. Untuk pria dan wanita pun biasanya sama dibebaskan, yang penting sopan dan layak.

Apakah kalian berpikir hal yang sama, atau hanya saya yang berpikir demikian? -cpr

#onedayonepost
#berpakaian
#serbaserbi
#umum
#budaya